![]() |
| Hasil Screenshot yang diambil dari dinding pemilik akun facebook Wahyuddin Halim. Minggu (30/09) |
Washilah--Beberapa
hari terakhir ini, media sosial khususnya facebook menjadi sarana bagi beberapa
dosen dan mahasiswa UIN Alauddin Makassar untuk membahas menjamurnya budaya
pemberian parcel dari mahasiswa yang akan mengikuti ujian akhir. Budaya
seperti ini dilakukan mahasiswa untuk mendapatkan gelar sarjana kepada dosen
pembimbing ataupun penguji skripsi, tesis dan disertasi.
Hal
ini bermula ketika salah seorang dosen dengan akun facebook Wahyuddin Halim
mencurahkan pengalamannya ketika menjadi penguji skripsi di salah satu fakultas
yang berada dilingkungan UIN Alauddin Makassar.
Pada
akun tersebut ia bercerita panjang dan merasa prihatin dengan kondisi kampus
yang seperti sekarang ini. “Bagaimana mungkin sebuah kampus bisa melahirkan
sarjana dengan kualitas akademik yang tinggi jika mereka malah dibebani dengan
urusan menyediakan makanan bagi raga (food for body) bukan makanan bagi pikiran
(food for thought) seperti ini,” ujar Wahyuddin Halim yang banyak mendapat
tanggapan dari para pengguna facebook baik sesama dosen maupun yang masih
berstatus mahasiswa di UIN Alauddin Makassar.
Salah
satu dosen yang memberikan tanggapan pada akun facebook Wahyuddin Halim adalah
Lily Thamzil Thahir, ia mengatakan bahwa “Rektor sebaiknya membuat edaran yang
melarang segala bentuk penyediaan makanan dari mahasiswa untuk orang-orang yang
terkait dengan ujian skripsi mahasiswa,” tanggapnya.
Pengguna
facebook yang lain juga menanggapi terkait pemberian parcel tersebut dan
mengatakan bahwa “Ini sebuah penyimpangan yang dilakukan oleh birokrasi
kampus,” ungkap pemilik akun Al Farisi Thalib itu.
Lebih
lanjut Al Farisi Thalib memberikan contoh, “Di Sekolah Pasca UIN Syarif Jakarta
sama sekali tidak ada hal-hal seperti itu, bahkan hal-hal mengenai promosi
Doktor dan Magister pun dilakukan dengan tanpa ada parcel atau makanan lainnya
apa lagi amplop. yang dilakukan hanya memperbanyak disertasi atau tesis untuk
di bagi-bagikan secara gratis keada peserta yang menghadiri sidang,” jelas
alumnus UIN Alauddin Makasar itu.
Dari
perbincangan di media sosial facebook ini, salah seorang dosen dengan akun
Mustari Mustafa mengungkapkan bahwa “Sudah lama ini tersorot/dipersoalkan, saya
tidak tahu mengapa ini ada dan kapan dimulai serta mengapa ketika ada yang
ginian di kesehatan dan saintek "dibiarkan" ? kita smua tau, dulu
zaman IAIN, tdk ada yg gini2, ujian munaqasyah itu bawa buku2 bkn makanan,”
terangnya.
Ia
pun berharap agar perbincangan di facebook tersebut menghasilkan solusi untuk
memecahkan permasalahan di kampus Peradaban itu. Kegelisahan Wahyuddin Halim
yang dicurahkan di facebook mendapat banyak tanggapan hal tersebut dibuktikan
dengan ratusan like dan komentar yang tersemat pada kiriman tersebut.
Laporan
| Redaksi

Tidak ada komentar:
Posting Komentar