| Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) menggelar Dialog "Gerakan Perempuan" Kosmetik atau Buku? di Lecture Theater. Senin (05/10) |
Washilah – Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) menggelar Dialog dengan mengusung tema “Gerakan
Perempuan” Kosmetik atau Buku? di Lecture Theater (LT) UIN Alauddin Makassar.
Senin (05/10)
Pemateri dalam kegiatan ini yakni,
Kartini sebagai Koalisi Perempuan Indonesia dan Ninis Arevni sebagai Serikat
Perempuan Indonesia.
Salah satu pemateri, Ninis Arevni
mengatakan bahwa mengasosiasikan kecantikan bukan karena standar yang dibentuk
oleh paradigma para kapitalis. “Seperti cantik itu harus berkulit putih, berbadan
tinggi atau berhidung mancung, tidak seperti itu, ” paparnya.
Ia beranggapan bahwa media sangat
berkontribusi besar dalam pembentukan paradigma masyarakat. “Mengapa media
membentuk pola pikir kita sehingga saat ini hijabpun menjadi tren sehingga
muncul kelompok hijaber dan sosialita,” urainya.
Ia juga menyampaikan bahwa cantik
bukan pilihan. ”Karena semua perempuan memiliki itu. Hanya saja bagaimana
mengekpresikan kecantikannya,” kata gadis yang akrab disapa Ninis.
Ia menyimpulkan bahwa hal ini
disebabkan oleh rasa kepemilikan pribadi yang menjadi asal-usul penindasan
perempuan di domestifikasi sehingga mengakumulasi kepemilikan hanya pada ranah reproduksi
saja.
“Kapitalisme menarik domestifikasi,
hal ini merupakan penindasan gaya baru,” ucapnya.
Koalisi Perempuan Indonesia, Kartini
mengatakan bahwa gerakan perempuan murni menuntut ruang di ranah publik. “1,3 Milyar
masyarakat miskin, 20% diantaranya adalah perempuan,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa kesetaraan
tersebut masih jauh karena kapitalisme menjadikan perempuan seperti pasar atau
sumber daya.
Laporan | Andriani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar