![]() |
| Ilustrasi | Jurnalposonline.com |
Di senja yang merah
Seorang muda tengah lupa
Sebagian orang tertunduk menangisi.
Di pintu pergantian waktu,
Gerbang peralihan siang dan malam.
Hilangnya cahaya hingga gulita datang menggantikan
Bulan masih enggan memunculkan senyum di
sela penantian
Dari punggung hari yang berduka, lambaian kematin
dihembuskan
Mengantar angin hingga ke pangkuan jiwa
yang menjadi tamu
Untuk nyawa yang tercatat nilai, atas perpisahan ruh dari materi
Di senja yang merah
Seorang muda tengah lupa
Sebagian orang tertunduk menangisi.
Dari gugurnya daun kehidupan atas pewaris
kematian
Kemudian pintu-pintu kegaiban dibuka
hingga sejelas-jelasnya
Meyakinkan setiap kita atas hakekat sebuah
penciptaan
Kita berasal dariNya dan akan kembali
kepadaNya
Ada yang hilang dari sebuah silsilah
Sebuah nama yang kini ditangisi akibat
kepergiannya.
Kepergian yang takkan pernah kembali
Abadi pada jeda lupa hingga berganti
Di senja yang merah
Seorang muda tengah lupa
Sebagian orang tertunduk menangisi.
Serupa angin dan kini ia telah berlalu
Hilang dengan selentingan harapan yang
mungkin
Telah lama tiba di penghujung malam
Menunggu sesiapa kawan di antara ribuan
orang
Hingga ia utuh jadi bagian dari ritual
perelaan
Makhluk baru dengan alam yang baru.
*Penulis adalah mahasiswa semester enam Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Tidak ada komentar:
Posting Komentar