Breaking News

laporan utama

Jumat, 30 September 2011

Orang Tua Wisudawan Syariah Minta Lestarikan Bahasa Daerah


Jumat, 30 September 2011 | Suryani Musi

Washilah Online-Acara ramah tama wisudawan Fakultas Syariah dan Hukum  (FSH) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar digelar, Jumat (30/09/2011). 

Kegiatan tersebut berlangsung di gedung Training Centre (GTC) Kampus I dengan menghadirkan orang tua wisudawan.

Salah satu orang tua perwakilan orang tua wisudawan yang menyampaikan pesan kesan meminta agar ke depannya jika perlu kurikulum pendidikan dicantumkan juga untuk menggunakan bahasa daerah. Dia adalah orang tua dari si Kembar Reza Fahlefi dan Muamar Qhadafi dari jurusan Ilmu Hukum.

“Saya menyarankan agar ke depannya harus ditambah mata kuliah Pendidikan Budi Pekerti dan Bahasa Daerah. Karena saya lihat sekarang anak-anak sudah tidak tahu menggunakan bahasa Bugis. Bahkan bahasa kita ini seakan-akan sudah mau tercabut dari akarnya,” katanya.

Dia menceritakan bagaimana ketika anakanya yang kembar ini menanyakan keberadaannya. Lalu dia menyebutkan bahwa dirinya ada di bersama Yusuf Kalla. Tentunya mereka heran lalu menanyakan mengapa dia berada di sana, dan ada hubungan apa Yusuf Kalla dengan dirinya. Dia mengatakan bahwa mereka dulu adalah sambori.

“Kata sambori mereka sudah tidak tahu. Padahal itu artinya teman sekolah. Saya hanya ingin bagaimana mereka mencintai negeri mereka sendiri. Jangan justru anak Maksaar hanya tahu bahasa Betawi,” tambahnya lagi.

Dekan Fakultas Syariah, Ambo Asse menyatakan ketika membawa sambutan bahwa untuk mata kuliah akhlak ada di mata kuliah Akidah Akhlak. Namun, dia tidak meyinggung apakah bahasa daerah tersebut bisa masuk pada kurikulum untuk pengajaran atau tidak. Hanya ketika membawakan pengantar dia menggunakan bahasa daerah.

Pentas Tari ‘Kun’ Libatkan 30 Orang


Jumat, 30 September 2011 | Suryani Musi

Washilah Online-Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Budaya (SB) eSA Universitas Islam Negrei (UIN) Alauddin Makassar menyelenggarakan pementasan seni tari spektakuler “Kun” dengan tema  “Jika Itu dan Sebut Itu Aku”, Kamis (30/09/2011) malam.

Pentas seni tari ini dipentaskan di lapanagn terbuka di belakang gedung Training Centre (GTC) Kampus I UIN.

Dewan Pembina UKM SB eSA, Dr Sabri menceritakan pemaknaan-pemaknaan pentas tarian Kun yang dipentaskan oelh 30 orang itu tersebut.

“Tema Kun dalam tarian ini  adalah proses penciptaan tuhan. Dia bukan bahasa Arab atau bahasa Al-Qur’an. Tetap bahasa Illahi. Kun juga bukan suara namun dia adalah bunyi tanpa suara. Dunia Kun adalah asal usul. Dunia azali sebelum ada yang diciptakan manusia,”papar Dr Sabri ketika sesi dialog setelah pementasan.

Meski dia menyatakan bahwa Kun secara harafiah adalah proses kejadian. Namun, Kun itu ada ketika Tuhan dikepung oleh kemaha Esa-anya. Kemaha Tunggalnya. Maka media untuk menjadikan Dirinya dikenal maka hadirlah Kun (diambil dari penggalan ayat kunfayakun). Olehnya itu untuk mahluknya, hanya ada satu untuk berangkat dan pulang sekaligus kepada-Nya yakni Kun.

Olehnya itu maka hadirlah Kun eSA. Karena pada hakekatnya untuk menangkap pesan illahi hanya-lah dengan tari.

Tarian ‘Jika Itu Aku’ yang kareograferi oleh Minarni Aswita bercerita tentang manusia bumi yang hanya hadir di muka bumi ini untuk piring. Dia ada hanya dari piring ke piring. Lalu pertanyaannya hanya piring-kah kita hidup? 

Sementara ‘Tarian Aku Sadar’ yang diramu dengan apik oleh Ridwan Aco. Gerakan-gerakan yang ditampilkannya menceritakan tentang manusia bumi. Tentang ruh yang terpanggil untuk kembali ke asal-usulnya.

“Tari menemukan tubuh. Tubuh menemukan jasad. Tapi yang menemukan tari bukan tubuh atau jasad akan tetapi roh. Simbol sarung berarti penjara-penjara di mana setiap orang yang ada di dalamnya hanya mampu berinteraksi pada ruang sempit tersebut. Termasuk melepas sarung tersebut dan baju mereka adalah proses di mana seseorang terlahir kempbali kepada-Nya,”papar Dr Sabri lebih lanjut.

Asdar Muis RMS juga hadir di anatara sastrawan, budayawan, dan seniman lainnya malam itu. Asdar Muis menyatakan bahwa dia seakan-akan terlahir kembali ke dunia seniaman. Karena jarang sekali perguruan tinggi lain yang mampu memainkan pementasan yang dinilainya itu cukup gila. 

Namun dia mengeritisi gema yang bersumber dari pementasan ini. Sepertinya itu luput dari perhatian mereka bahwa ada gedung besar di sampingnya dan secara otomatis menciptakan gema di sebelah Timur dan Barat lokasi pementasan.

“Saya juga pada awalnya tidak menemukan sosok pemeran utama dari pementasan ini. Di akhir baru muncul. Jadi itu tadi belum pertunjukan yang terakhir, namun awal untuk mewujudkan pertunjukan yang sebenarnya,”paparnya lebih lanjut.


Dekan Syariah Menilai Hari Kedua, Efektifkan Acara Ramah Tamah


Jumat, 30 September 2011 | Suryani Musi


Washilah Online-Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Universiats Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar baru mengadakan kegiatan ramah tamah, Jumat (30/09/2011). Kegiatan tersebut berlangsung di gedung Training Centre kampus I UIN Alauddin. 

Dekan FSH menilai bahwa kegiatan yang dilakukan di hari kedua justru mengefektifakn kegiatan acara ramah tamah.

“Kegiatan ini terpaksa kita adakan di hari kedua. Karena mengambil pada pengalaman lalu, hanaya sebagian kecil biasanya yang mengikuti acara ramah tama jika dipaksa harus bertepatan pada hari wisuda,”paparnya.

Dia menyatakan bahwa biasanya wisudawan telah mengagendakan sebelumnya untuk mengadakan acara ramah tamah di rumah dengan keluarga mereka. 

“Saya lihat hari ini banyak wisudawan yang datang. Saya bahkan yakin mekaka datang semua,”tambahnya.
Tahun ini, selama Ambo Asse menjabat sebagi Dekan FSH baru kali ini wisuda terbanyak. Sebanyak 170 orang yang diwisuda di FSH periode ini. Tahun lalu hanya 33 orang. Dan tahun sebelumnya hanya 133 orang.

“Meski banyak yang diwisuda kali ini 170 orang tapi mahasiswa barunya 335 orang. Ada peningkatan. Terlebih lagi bahwa peminat jurusan fakultas syariah 1.200 orang.”

Orang Tua Wisudawan Hanya Menonton Anaknya Lewat Infokus


Jumat, 30 September 2011 | Mitasari

Washilah Online-Sudah lama mereka menanti momen tersebut, pertimbangan mengizinkan buah hati mereka untuk melangka ke jenjang perguruan tinggi sangat berat. Keinginan melihat anaknya sarjana sangat besar dan telah dinanti-nanti jauh hari. Itu yang dialami oleh seorang ibu yang bernama Ampa’ dari Sidrap. Anaknya berada di fakultas Tarbiah jurusan Bahasa Inggris.


 Melihatnya langsung memakai toga, mendengar nama anaknya dipanggil sebagai salah satu sarjana Universitas Islam Negeri  (UIN) Alauddin Makassar, luar biasa keinginan tersebut.  Dia hanya mampu memendamnya seraya mengusap air matanya ketika nama anaknya disebut oleh Rektor UIN, Prof Dr Qadir Gassing HT MS.

Terlihat dari raut bahagia dan haru menyelimuti raut wajah para orang tua dan sanak saudara para sarjana yang datang mendampingi mereka.

Para sarjana yang notabenenya adalah putra dan putri daerah baik yang dekat maupun jauh semua berkumpul di Auditorium, Kampus II Samata-Gowa, Kamis (29/09/2011).

Namun dari segala kebahagiaan para orang tua dan keluarga ada sebagian besar mengaku kecewa dengan keadaan yang mengharuskan mereka tidak secara langsung melihat prosesi wisuda para sarjana.

Mereka hanya bisa melihat dari layar yang yang di pasangi infokus untuk melihat keadaan dalam ruang wisuda. Di lantai dasar Auditorium. Beberapa pendamping bahkan rela berdiri sambil mengintip di jendela hanya untuk melihat prosesnya secara langsung  wisuda. Tepatnya, di sayap sebelah kiri kanan Auditorium karena kursi tidak mencukupi buat mereka.

“Saya sudah lama ingin melihat anak saya yang perempuan satu-satunya diwisuda nak. Tapi, ternyata kita hanya melihat ke papan putih itu (layar putih),” katanya Ampa seraya mengusap air matanya berkali-kali.
  Beberapa keluarga harus rela duduk dengan hanya beralaskan tikar yang juga disediakan panitia.

Panitia mengaku kejadian tersebut terjadi karena faktor ketidak cukupan ruangan untuk menampung peserta wisuda beserta pendampingnya. Mereka mengaku telah mengusahakan yang terbaik untuk semua orang, dan segenap panitia meminta maaf untuk kekecewaan tersebut.



Kamis, 29 September 2011

UIN Memosisikan Dirinya Sebagai Rumah Pengetahuan


Kamis, 29 September 2011 | Suryani Musi

Washilah Online- Ada ungkapan arif bahwa house is made of bricks home is made of love. (House dibangun dengan batu bata, home dibangun dengan cinta). Mungin dengan itulah ungkapan yang paling tepat untuk menggambarkan pergeseran jangkar tradisi keilmuan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar..

UIN  kini telah memosisikan dirinya sebagai rumah pengetahuan. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Rektor, Prof DR Qadir Gassing HT MS pada saat memberikan pesan-pesan al-jami’ah pada peserta wisuda di gedung Auditorium, Kamis (29/09/2011).

“Pada kesempatan ini kembali saya menegaskan bahwa UIN telah memosisikan dirinya sebagai rumah pengetahuan. Yang tercerahkan dan mencerahkan,” kata Rektor.

 “Pembangunan tradisi keilmuan dan peradaban tidak bertumpu pada fisik dan symbol semata. Tetapi berawal dari spirit atau ruh. Jika wujud materi bangunan UIN diibaratkan house, maka spirit, tradisi keilmuan, atmosfir akademik dan cinta yang mengalir di dalamnya adalah home,”paparnya lagi.

Dia juga menambahkan bahwa inilah masa transisi yang memesona, kemilau tetapi juga genting. Ketika peradaban hanya dipahami sebagai bangunan asri nanmegah, lantas mengabaikan jiwa, ruh atau spirit yang apa yang mendasari setiap geliat pembangunannya, maka sejak itu lah Rektor menyatakan bahwa diri seseorang kehilangan yang otentik.

Untuk itu, untuk membangun rumah pengetahuan, UIN tidak akan mau mengabaikan home dan larut pada mempercantik house. Akan tetapi kenyamanan integral yang apik antara keduanya. Karena akan membawa ke dua sisi konsekuensi.

 Pertama, pengembangan ranah kajian dari yang normatif-tradisional (seperti theologies, jurisprudensi Islam, tafsir) ke kawasan ilmu-ilmu sekuler.

Yang kedua, dari sisi mahasiswa. Jumlah terbesar mahasiswa UIN berlatar belakang pesantren dan sejenisnya serta masyarakat agraris. Sementara kehadiran fakultas “sekuler” akan menyedot minat lebih banyak. Karena musti lebih banyak lagi mengembangkan lebih banyak lagi bidang sains dan mengakomodasi mahasiswa yang berlatar belakang sosiokultural, maka UIN akan hadapi tantangan yang lebih besar. Maka lahirlah Charakter Building.

Kesemuanya ini akan bermuara untuk menciptakan mahasiswa yang berdaya saing di tahun 2025.

UIN Telah Lahirkan 32.168 Alumni


Kamis, 29 September 2011 | Suryani Musi

Washilah Online-Wisuda yang ke 60 Universitas Islam negeri (UIN) Alauddin Makassar berlangsung hikmad. Kamis, (29/09/2011). Kegiatan ini berlangsung di gedung Auditorium Kampus II Samata Gowa. 

Hari ini UIN kembali melahirkan alumninya sebanyak 1.372 orang. Jadi sampai hari ini kampus hijau ini telah melahirkan dari rahim universitas alamuni sebanyak 32.168 orang. 

Pernyataan tersebut disampaikan oelh Rektor pada pesan-pesan yang disampaikan kepada para wisudawan.
“Hari ini kita melaksanakan widuda yang ke-60 periode September 2011. Jumlah wisudawan kita hari ini sebanyak 1.372 orang yang terdiri dari Diploma 2 sebanyak 25 orang, diploma 3 sebanyak 51 orang, S1 sebanyak 1.079, dan S3 sebanyak 20 orang,” kata Rektor UIN, Prof Dr Qadir Gassing HT MS.

Secara umum menurut Rektor, program pendidikan UIN telah diarahkan pada terserapnya seluruh alumni dalam lapangan kerja. Sehingga universitas mendorong dan mengupayakan adanya relasi dengan berbagai instansi dalam bentuk kerja sama dan jouin event yang bersifat konstruktif.

“Di samping itu kita terus mendorong lembaga Ikatan Alumni (IKA) UIN Alauddin untuk mengfektifkan perannanya bagi kebutuhan dan pemberdayaan para alumninya. Melalui IKA kita akan mengadakan job fair (bursa kerja), dengan kerja sama lintas instansi dan industry lapangan kerja, baik dalam maupun luar negeri,”paparnya lebih lanjut.          
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            

Rabu, 28 September 2011

Rektor dan Walikota Tantang eSA Bikin Pentas Spektakuler


Rabu, 28 September 2011 | Suryani Musi

Washilah Online-Dalam acara yang digelar oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Budaya (SB) eSA, Rektor dan Walikota Makasssar menantang SB eSA bikin even besar. Pernyataan tersebut disampaikan pada acara Seminar Budaya yang digelar di gedung Training Centre (GTC) kampus I Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Rabu (28/09/2011).

Menurut Rektor, Prof DR Qadir Gassing dalam sambutannya menyatakan bahwa UKM-UKM yang ada di UIN harus diarahkan untuk membuat berbagai kegiatan. 

“Jika beberapa tahun lalu, anggota SB eSA melakukan pementasan di Taman Marsuki Indah Indonesia (TMII), maka saya tantang agar ke depannya eSA kembali membuat kegiatan yang semacamnya itu yang sifatnya spektakular. Saya kira Anda bisa merancang untuk membuat kegiatan besar,”katanya pada acara yang bertemakan Kun, Tak Ingin Hilang di Kampung Sendiri ini.

Rektor menambahkan bagaimana pencaturan politik di Indonesia yang tersaji lewat media massa sudah tidak selayaknya untuk ditonton. Otomatis dengan begitu budaya Indonesia yang sesungguhnya hancur dan terdistorsi. Maka trobosan barunya adalah, seni hadir sebagai penyeimbang kehidupan.

“UIN harusnya menjadi moral post. Jadi kegiatan yang seperti ini bisa menjadi pintalan atau pengobat dari pencaturan politik itu,”tambahnya.

Yang dijadikan tantangan dari Arif Sirajuddin yakni tahun 2011 Makassar akan membuat pementasan kolosal sebanyak 500 orang di pantai Losari. Pementasan itu dilakukan oleh semua lembaga seni kampus se-kota Makassar. 

“Terkadang saya bikin kegiatan yang agak “gila-gilaan”. Ini merupakan potensi yang cukup bagus untuk kegiatan seni. Nanti saya minta Maskur dan Dr Sabri dari eSA untuk menggagasnya,” tambahnya.

“Apapun yang ingin dilakukan oleh UIN, jika itu bersentuhan dengan pengembangan potensi maka saya akan membantu untuk mewujudkannya. Apalagi juga untuk mewujudkan Makassar sebagai kota dunia,” paparnya lagi.

Namun, apa yang dikatakan oleh anggota eSA sendiri. Hamdan salah seorang senior yang telah lama bergelut dalam dunia seni menyatakan bahwa apa yang dikatakan oleh Rektor dan Walikota adalah sesuatu yang akan menguras pemikiran dan tenaga yang luar biasa. Butuh pemikiran yang cukup mendalam. 

Namun, dia menyarangkan melalui hasil seminar tersebut untuk direkomendasikan kepada dua orang tersebut untuk membuat satu kampung yang benar-benar seperti kampung yang sebenarnya. Kampung, di aman setiap orang yang datang ke tempat tersebut bisa merasakan diri sendiri yang sebenarnya.

“Tidak usah datang pementasan ke TMII cukup di kampung itu kita mengenal diri kita sebenarnya,” katanya.



Kun eSA, Tak Ingin Hilang di Kampung Sendiri


Rabu, 28 September 2011 | Suryani Musi

Washilah Online-Pernahkah kita berpikir bahwa apa yang hilang secara mareri kita kita sudah stress? Sementara kehilangan ‘diri’ yang sebenarnya kita hanya biasa-biasa saja? Padahal titah Tuhan ternarasiakan lewat pernyataan tuhan Kunfayakun. 

Pernyataan tersebut disampaikn oleh Dr Sabri Ar ketika membawakan materi di cara seminar yang bertema Kun, Tak Ingin Hilang di kampung Sendiri. Seminar tersebut digelar di gedung Training Centre Kampus I Universiats Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Rabu (28/09/2011).

“Lewat pementasan Kun ini yang kan menggedor pintu kesadaran kita untuk kembali ke padanya. Supaya kita tak ingin hilang di kampung sendiri. Kampung yang dimaksudkan di sini adalah kembali kepada habitat original. Yakni kejujuran, malu, dan nilai budaya yang asli,” kata Dr Sabri Ar yang bertindak selaku moderator.

Ishak Ngeljaratan menambahkan bahwa Tak Ingin Hilang di Kampung Sendiri merupakan revitalisasi nilai-nilai kultur yang hilang. Dia menyatakan bahwa butir-butir Pancasila tidak akan ada artinya jika tidak dibarengi oleh lempu atau kejujuran.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Budaya (SB) eSA ini merupakan serangkaina kegiatan yang akan dilaksanakan untuk keesokan harinya yang berupa Pagelaran Tari. Yang menggambarkan bagaiamana dalam gerakannya digambarkan bagaiamana kelahiran seorang manusia, sampai aktifitas lainnya yang tergambar lewat gerakan tari. Kegiatannya akan berlangsung pada malam hari di belakang gedung Training Centre.

“Manusia tanpa seni hanya merupakan rupa tau. Fungsi seni merupakan suatu proses penggunaan, Aku sadar sebagai tubuh sebagai instrument sebagai sesuatu yang berdaya pesona. Tari juga merupakan ibadah kultur,” tambah Ishak Ngeljaratan.

Selasa, 27 September 2011

Besok Gladi untuk Calon Wisudawan


Selasa, 27 September 2011 | Suryani Musi
Washilah Online-Jika Anda adalah salah seorang calon wisudawan yang akan diwisuda hari Kamis (29/09/2011) maka Anda Wajib mengikuti gladi.

Gladi tersebut akan digelar di gedung Auditorium pukul 15.30 di kampus II Samata Gowa, Rabu (27/09/2011).

Pernyataan bahwa gladi tersebut telah disampaikan lewat selebaran oleh Nuraini Gani MM. pernyataan tersebut juga disampaikan melalui via telepon.

“Iya, insya Allah besok diadakan gladi buat calon wisudawan,” katanya.

 Gladi merupakan latihan bagaiman gambaran secara umum yang akan dilakukan keesokan harinya ketika diwisuda. Gladi membawa manfaat bagi berbagai pihak. Peserta gladi dapat mengenal sekaligus berhadapan langsung dengan permasalahan  yang ada di lapangan.

BTQ Sudah Berlangsung Tiga Hari


Selasa, 27 September 2011 | Suryani Musi

Washilah Online-Program Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) yang digagas oleh Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, telah berlangsung tiga hari. Pernyataan tersebut disampaiakn oleh Badan Pengelola Asrama, Dr Munir M Ag, Selasa (27/09/2011).

“BTQ ini telah berlangsung selam tiga hari. Jadi untuk sementara mahasiswa baru yang sampai saat ini terdaftar baru 80 orang yang masuk. Jadi, untuk sementara hanya menempati gedung Mahad Aly. Di sana mereka dibina 30 orang muarifnya, dan didampingi oleh empat orang murabbi yang direkrut dari mahasiswa S1,” katanya ketika ditemui di gedung Mahad Aly, belakang gedung Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), kampus I.

Menurutnya lagi, mereka akan di tempatkan di asrama selama satu semester. Untuk semester ini hanya berlaku pada mahasiswa baru yang laki-laki. Semester depannya baru berlaku untuk maba perempuan.

“Seharusnya jika berpatok pada rencana, sekitar 600 maba yang ikut pada gelombang kedua. Tentunya mahaiswa baru ini sudah disaring sebelumnya. Apa benar dia layak untuk diasramakan atau tidak,”tambahnya.
Fathul Khair, maba jurusan Jurnalistik menyatakan bahwa dirinya tidak diwajibkan untuk ikut asrama. Demikian juga Irwan mahasiswa Ilmu Komunikasi menambahkan bahwa dirinya juga tidak masuk dalam kriteria tersebut.