Breaking News

laporan utama

Rabu, 01 September 2010

Character Building Training; Potret Masa Depan Mahasiswa UIN



Jika ingin memotret mahasiswa UIN Alauddin di masa depan, barangkali itu bisa dilihat dari keberhasilan CBT (Character Building Training) yang bakal diterapkan di tahun ajaran baru ini. Character Building Training merupakan sebuah formulasi baru dalam pembinaan mahasiswa. Training ini bertujuan membangun karakter mahasiswa secara dini melalui sebuah mekanisme pelatihan yang berbasis pada nilai-nilai keislaman dan kebudayaan. Karena karakternya dibentuk secara dini, tentu saja sasarannya adalah mahasiswa baru. Jadi kemungkinan besar, mahasiswa baru tahun ini akan disibukkan dengan sejumlah aktifitas padat selama masa training.

Washilah - Ketua Tim Penggagas Training tersebut, Dr. Mohd Sabri AR, saat ditemui di ruangannya, menjelaskan landasan filosofis dirumuskannya Character Building Training. “Pertama, yang menjadi persoalan di kampus-kampus di tanah air kita itu, banyak yang kehilangan karakter. Sehingga ketika kita merekrut mahasiswa, kita dituntut untuk membentuk karakter, dengan memberi moral dan keteladanan. Kedua, memang visi Rektor kita yang terpilih, adalah melakukan transformasi moral, sosial, spiritual, dan intelektual. Kita berharap dengan menanamkan karakter secara dini kepada mahasiswa baru, transformasi tersebut bisa jalan,” ujarnya saat ditemui selasa siang, 24 agustus lalu. Selain itu, Pembantu Dekan I Fakultas Syariah ini juga menjelaskan keprihatinannya terhadap kondisi kota Makassar, yang berpotensi menjadi kota kerusuhan. Ini karena diwarnai oleh perkelahian-perkelahian antar kampus, antar fakultas dan demonstrasi anarkis yang tidak terkendali. Karena itu salah satu materi yang ditanamkan dalam training CBT adalah pelajaran tentang pentingnya berdemokrasi, sehingga mahasiswa tidak melihat bahwa satu-satunya jalan berdemokrasi adalah dengan bakar ban dan menutup jalan.
Character Building Training, juga berupaya meng-cut kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara fakultas. Ini karena, semua mahasiswa baru dari berbagai fakultas akan hadir, dan berbaur dalam training ini. Pembauran tersebut diharapkan akan mengeliminir konflik-konflik yang bisa terjadi antar fakultas. “Jika terjadi perkelahian, terkadang seorang mahasiswa mengingatkan temannya yang lain. Janganko cess, teman seangkatanku itu dulu waktu basic training, misalnya. Pelatihan yang berlangsung satu minggu saja itu sudah bisa membuat kita akrab, apalagi kalau dua bulan,” lanjut Dr Sabri, dengan sedikit berseloroh. Mantan aktifis mahasiswa di tahun 90-an ini memang dikenal akrab dengan mahasiswa. Karena pengalamannya yang panjang itu, Training CBT pun tak lepas dari peran mahasiswa.
Keterlibatan Aktivis Mahasiswa
Training CBT sempat mendapat komplain dari beberapa pengurus kemahasiswaan. Awaluddin, misalnya. Ketua BEM Fakultas Syariah dan Hukum ini menilai pengasramaan mahasiswa yang akan dilakukan dalam CBT akan merampas panggung lembaga-lembaga kemahasiswaan. Namun, Dr Sabri mengatakan, “Pengelola CBT itu dosen-dosen dan aktivis mahasiswa. Dan tidak ada yang kehilangan panggung, malah saya tantang pengurus mahasiswa ini untuk ikut menjadi tim (co instuktur) mendampingi pemateri, tiap malam selama dua bulan. Malah justru akan kewalahan menyiapkan bahan selama dua bulan itu.”
Dr Sabri menambahkan, karena Training CBT adalah media transformasi, maka Training of Trainer (TOT) akan dilakukan, khusus untuk para trainer, termasuk yang dari kalangan aktivis mahasiswa. Training CBT dilaksanakan dengan dua macam penyajian materi yakni, inclass training dengan bobot materi 30% dan outclass training dengan bobot 70%. Inclass Training yang dimaksudkan training dilakukan di dalam ruangan. Inclass Training bisa saja berupa ceramah, diskusi, dan simulasi. Sedang Outclass Training (training di luar kelas), berupa kunjungan study, aktivitas-aktivitas demonstrasi, advokasi, investigasi dan lain-lain.
Sedang Dibahas Pihak Senat
Konsep training CBT, sedang dikoordinasikan dengan petinggi-petinggi kampus. “Konsepnya sudah saya presentasikan di depan Rektor, Pembantu Rektor I, Para Pembantu Dekan I dan mereka semua sudah sepakat, kompak,” ungkap Dr. Sabri. Sesuai hasil rapat senat yang digelar kamis, 27 Agustus lalu, disepakati pembentukan komisi-komisi untuk membahas berbagai teknis pelaksanaan CBT. Ini diungkapkan Sekretaris Senat, Dr. H. Salehuddin Yasin, MA, saat ditemui di ruangannya, sehari setelah rapat senat tersebut. “Jadi ada komisi yang nantinya akan membahas aturan-aturan tentang kehidupan berasrama yang baik, dan komisi yang lain juga ada yang membahas tentang isi/materi training,” ungkap bapak yang juga menjabat PR III ini.
Secara eksternal, CBT akan menjadi cikal bakal dibentuknya lembaga training di UIN, yang akan menjadi layanan-layanan jasa ke masyarakat luas, untuk melatih masyarakat, siapa saja yang ingin, baik di tingkat struktural maupun kultural. Lembaga training tersebut dinamai Character Building Center (CBC)
Masih Terkendala Fasilitas
Secara konsep, training CBT telah rampung. Menurut Dr Sabri, Tim Pembina atau trainer sudah siap. Namun, Training Akbar yang bakal dijadikan sebagai cara baru pembinaan Maba ini sebetulnya masih belum rampung di aspek infrastruktur. Seperti yang diungkapkan Drs H M Muis Said, M.Ed, salah seorang Tim Penyusun Konsep CBT, beberapa fasilitas asrama seperti tempat tidur, lemari dan meja, masih belum lengkap. Kepala Pusat Pengembangan Bahasa (PPB) ini menambahkan, sebetulnya tim Pembina sudah siap, tinggal menunggu aba-aba dari pimpinan. Fasilitas yang belum rampung, itu bisa saja terjadi, mengingat pembangunan di UIN memang belum selesai. Proses pembangunan di UIN, masih ditangani pihak Pembangunan Perumahan (PP), kontraktor pembangunan tersebut, sesuai yang disampaikan Kepala Project Management Unit (PMU), Dr.H. Phil Kamaruddin Amin, MA. (hasbi/agus)

Meributkan Sengketa Kewenangan Mahasiswa-Birokrat pada Pelaksanaan OPAK


Sudah menjadi lumrah, jika Persoalan Penerimaan Mahasiswa Baru, menyangkut registrasinya, aturan main, kewenangan dan berbagai tetek bengeknya selalu diributkan dari tahun ke tahun. Jika diusut, sudah tentu dan pasti, perseteruan antara mahasiswa dan birokrat selalu menjadi dasar persoalan. Persoalan tersebut merambah ke berbagai persoalan lain, seperti misalnya sengketa kewenangan.
Pengurus Eksekutif Mahasiswa bersikeras menegaskan, bahwa OPAK adalah “panggung”nya, dan birokrat dilarang mengintervensi. Sementara para birokrat juga mengingatkan, bahwa Lembaga Kemahasiswaan adalah lembaga semi otonom, yang tentu tidak lepas tangan dari birokrat. Mahasiswa menjelaskan bahwa fungsi birokrat dalam kepanitiaan lebih bersifat konsultatif, karena itu seharusnya yang jadi ketua panitia adalah Mahasiswa, bukan dari kalangan birokrat. Birokrat balik membalas, dengan menjelaskan ketidakpercayaannya atas kinerja mahasiswa selama ini. Kenyataan-kenyataan di masa lalu, seperti Mahasiswa yang tak kunjung melaporkan pertanggungjawaban anggaran kegiatan OPAK-nya, materi-materi OPAK yang tidak relevan dengan statuta, serta banyaknya praktek-praktek pungutan liar, menjadi alasan. Mahasiswa juga tak mau kalah. Mereka tetap bersikeras, bahwa mengketuapanitiakan ketua jurusan tetap saja bukan cara yang tepat. Mereka menuntut sebuah rasionalisasi, dan alasan yang tepat. Namun birokrat kembali mengulang laporan-laporan tentang berbagai penyimpangan, saat OPAK diketuai oleh mahasiswa. Mahasiswa belum puas, dan akhirnya kedua elit perwakilan dua unsur civitas akademika kampus ini terus bersitegang.
Berbagai polemik memang terus mewarnai dinamika pelaksanaan OPAK. Kenyataan ini menjadi potret buram, yang menodai citra peradaban islam di kampus hijau ini. Ini menjadi masalah yang cukup pelik untuk diselesaikan. Masalah, dalam sebuah sistem, itu bisa jika terjadi penyimpangan, pada satu atau lebih komponen dalam sistem tersebut. Ada disfungsi, dan tidak bekerjanya satu atau lebih komponen. Jika ini dikiaskan pada persoalan OPAK, bisa saja masalah itu ada karena, kurangnya fungsi koordinasi dan komunikasi, kedangkalan pengetahuan tentang aturan main, tekanan yang datang dari luar pengurus mahasiswa, dan lain-lain.
Beberapa hal diatas dapat disimpulkan, karena melihat berbagai kenyataan yang ada. Misalnya, fungsi panitia OPAK sebagai pengarah dan penuntun, atau sebagai pedagang? Atau apakah barang-barang yang diperdagangkan pada saat OPAK wajib dibeli atau tidak? Ada PD III yang mengklaim, tidak ada masalah di Fakultasnya, sedang sms keluhan tentang adanya pungli di fakultas tersebut “menggugat” di handphone PR III. Ada PD III yang mengklaim, pengurus mahasiswanya telah sepakat dan akur, namun di saat rapat, mahasiswa yang dimaksud justru yang paling getol mengajukan komplain kepada birokrat.
Baik itu birokrat maupun mahasiswa, sudah seharusnya memfungsikan kembali komponen-komponen yang belum berfungsi tersebut. Koodinasi dan komunikasi harus berfungsi dengan baik. Mereka harus mendalami aturan main dengan benar dan saksama. Mahasiswa harus bersikap profesional dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai panitia.
Birokrat juga harus sadar. Beragam aksi dan tindak mahasiswa yang meresahkan itu, seharusnya dimaknai sebagai sebuah simbol-simbol, yang punya arti dan makna. Birokrat harus cermat menangkap makna di balik simbol-simbol itu. Realitas saat ini sudah berubah. Ungkapan “Inakke antu riyolo,” atau, “saya juga dulunya aktivis mahasiswa seperti kamu,” lalu dilanjutkan dengan cerita-cerita tentang lebih cemerlangnya ia di masa lalu, kemudian membandingbandingkannya, sudah bukan alat yang ampuh. Orientasi positivistik, yang berbau pragmatik, telah banyak mempengaruhi pikiran mahasiswa kita hari ini. Birokrat harusnya memahami kondisi ini, dan tidak menyelesaikannya dengan cara konfrontatif. Butuh pendekatan yang lebih bersifat partisipatif. Mahasiswa butuh ruang-ruang khusus untuk berkomunikasi dengan birokrat, di luar ruang-ruang formal yang selalu ada. Sebuah ruang yang baru, lebih terbuka, agar terjalin hubungan harmonis, seperti sebuah ungkapan: “jangan ada dusta di antara kita”.

Sistem Informasi Terintegrasi Akan Diterapkan di UIN

Laporan: Hambali
Sebuah proses komunikasi yang begitu dekat. Seorang mahasiswa yang ingin melihat nilai/prestasi kuliahnya tak perlu repot ke Fakultas, dan mencatat nilainya di jurusan. Cukup dengan membuka salah satu fasilitas komputer di wilayah kampus, dan mengupload file berisi transkrip nilainya ke sebuah FD, dan tinggal print. Atau, seorang Rektor yang ingin mengetahui data-data/laporan indeks prestasi mahasiswa, melihat aktivitas di setiap unit kerja kampus, dan berbagai data lainnya, tak perlu lagi memerintahkan bawahannya untuk pergi, dan mengambil data-data tersebut di Unit yang bersangkutan. Ia hanya perlu duduk santai di depan komputer ruangannya, dengan secangkir teh hangat di sampingnya, mengutak-atik komputer, dan membuka data-data yang ia ingin tahu.

Barangkai seperti itu, gambaran kampus ke depan, jika Sistem Informasi Terintegrasi diterapkan. Ketua Pusat Informasi dan Komputer (Puskom), Ridwan Andi Kambau ST M Kom, pada Jumat, 20 Agustus lalu, mensosialisasikan Sistem Informasi Terintegrasi ini di depan seluruh Unit Kerja UIN, terdiri dari Akademik, Administrasi, Kemahasiswaan, dan Kerjasama. Sistem tersebut dilaksanakan oleh salah satu anak perusahan Universitas Gajah Mada (UGM) bernama Gamatechno, yang bergerak dalam pengembangan System Informasi Terintegritas.
Ditemui reporter saat setelah Jumatan, di ruang yang sempit dan dipenuhi Peralatan Instalasi jaringan di lantai 4 gedung rektorat UIN Alauddin Samata Gowa, pria bertubuh agak bongsor ini mengatakan, ”Saya ingin nantinya UIN memakai system Informasi yang Terintegrasi, agar tidak ada lagi penginputan data-data yang berulang dilakukan masing-masing unit kerja UIN.
Jadi nantinya hanya tinggal sekali pengimputan,” ungkapnya. Ridwan juga menambahkan, ”nantinya laporannya akan terpusat. Jadi pimpinan akan dapat melihat seluruh aktivitas unit kerja melalaui komputer saja,”.
Sosialisasi Gamatechno belum mengikat kerjasama dengan UIN
Sosialisasi Pengembangan Sistem Informasi Integrasi yang dilakukan oleh Gamatechno yang di bawakan oleh manager Promotion Yuzal, belum tentu melahirkan kerjasama. “Tapi, saya berharap siapapun nantinya perusahan yang akan bekerjasama dengan UIN memiliki konsep yang bagus seperti gamatechno dalam pengembangan system Informasi Terintegrasi yang nantinya akan kita pakai,” terang Ridwan.